Merantau?
April 23, 2013
Hallo !
Ketemu saya lagi di H+10 Ujian Nasional SMA 2013 !
Entah kenapa ya Ujian Nasional di SMA ini gak se-excited UN SMP, bahkan UN SD sekalipun. Dan, tentu aja gak se-excited temen-temen lainnya. Mungkin latar belakang psikologis yang menyebabkan semuanya berbeda. Mereka yang terlalu serius, atau saya yang terlalu santai? Entahlah.
Well, alhamdulillah di H+10 UN ini saya dapet beasiswa di universitas swasta yang bonafid: IM Telkom !
Jurusan Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informasi. Panjang beneer. Dan yang paling penting, diluar kota: Bandung !
triadschool.com |
Cihuuuyy, bakal (beneran) jadi anak rantauan. Hal yang dari dulu saya impikan. Apasih. Karenanya, saya bakalan memulai (lagi) mudik kayak dulu waktu saya masih kecil. Entah itu naik bis, atau kereta, bahkan pesawat (kalo ada tiket promo itu juga, hoho). Jadi inget mudik terakhir, waktu itu Juni 2007, mudik naik truk pindahan rumah dari Bekasi ke Yogyakarta.
Kenapa saya pengen merantau?
Bukan, bukan karena saya nggak suka sama Jogja. Jogja asik kok. Tapi saya sudah jenuh dengan suasana yang terbangun selama ini. Lagipula, semakin banyak kita memendam masalah, masalah itu bakalan berubah jadi penyakit fisik. Nggak mau kan?
Keinginan merantau semata-mata untuk menyehatkan rohani saya yang akhir-akhir ini sering berubah ke penyakit fisik karena jiwa saya yang tidak sehat itu. Ya, menulis. Menulis merupakan salah satu cara saya untuk menghibur diri. Selain itu, denganmerantau saya ingin lebih menghargai hidup, menghargai uang, perjuangan, mengumpulkan lebih banyak pengalaman yang mendewasakan diri, daripada saya harus terus hidup di ketek orang-orang tua.
Padahal, Jogja iru tempat yang sempurna untuk mendapatkan itu semua. Bahkan lebih banyak kesempatan yang terbuka disana daripada di tempat lain. Entahlah, keinginan kuat untuk tidak berpangku tangan mengalahkan itu semua.
Ketika semua dikembalikan kepada-Nya. Menjadikan saya lebih tenang dalam menjalani hidup.
Jika SMP dulu saya ingin masuk SMA 2, tapi kenyataannya saya (malah) masuk SMA 1. Tempat yang -kata orang- lebih segalanya dari SMA 2. Tempat dimana saya menimba banyak sekali ilmu kehidupan. Namun kenyataan, ekspetasi saya salah. Tempat yang dianggap sempurna oleh orang-orang. Justru tidak memberikan kebahagiaan batin yang memadai. Hidup penuh dengan tuntutan. Sebagian guru yang mengajar sekenanya. Sistem penilaian yang kacau balau. Labelling. Teman-teman berpikiran "tinggi" sehingga sulit menjalin pertemanan secara sederhana, selalu ada tedeng alih-alih.
Nah, sebetulnya saya juga bukan orang yang saklek harus kuliah di universitas negri, bahkan dari saya TK pun saya sekolah di sekolah swasta, cuma gak tahu kenapa waktu SMA saya bisa masuk sekolah negri. Pun, sekarang saya juga tidak terlalu ngoyo. Saya sangat bersyukur atas apa yang diberikan kepada saya sampai hari ini. Tetapi, usaha saya tetap sekuat tenaga. Masalah hasil, sekali lagi, saya serahkan kepada-Nya. Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha.
Semoga ditunjukan yang terbaik. Amin.
2 komentar
Hidup penuh dengan tuntutan. Sebagian guru yang mengajar sekenanya. Sistem penilaian yang kacau balau. Labelling. Teman-teman berpikiran "tinggi" sehingga sulit menjalin pertemanan secara sederhana
BalasHapusHehe
Setidaknya, itu yang saya rasakan 3 tahun ini. setiap orang pasti punya kesannya sendiri-sendiri dalam menilai sesuatu. Mungkin bagi saya begitu, bagi orang lain tidak. heuheu
BalasHapus