Nyaris-able
Desember 09, 2012
Waw! Semester 1 kelas 12 sudah terlewat...
tingggal nunggu bagi rapot yang -hhhmm- setidaknya semester ini aku menikmati alurnya dan berbagai rangkaian cerita yang include didalamnya. Bah! Berhubung ini akhir tahun, saya ingin cerita pengalaman yang "nyaris-able" atau nyaris dapetin sesuatu padahal nggak. Miris.
Well, sejak masuk SMA saya bercita-cita untuk bisa pergi keluar negri karena melihat SMA yang saya masuki rajin mengirimkan siswanya keluar negri (Yang pada akhirnya saya tahu mereka bisa keluar negri dengan usaha keras mereka sendiri). Pengalaman pertama berbau "luar negri" ini saya dapat saat kelas 1 semester 1. Waktu itu dikelas lagi rame masalah AFS (American Field Study), sebuah program yang dapat mengantarkan mu pergi ke sebuah negara gratis dalam waktu setahun. Siapa yang gak mau coba? sebagai siswa polos khas kelas 1, saya mencoba ndaftar program itu. Proses seleksi pun dimulai dan tiba saatnya seleksi tahap pertama. Disitu saya mencoba mengerjakan dengan santai sekali karena niat saya yang iseng dan tidak menaruh harapan apapun karena melihat jumlah peserta yang membludak kala itu. Tidak dinyana saya lolos ke tahap dua. Tahap wawancara. Dan, saya lolos lagi ke tahap berikutnya, tahap yang notabene tahap terakhir sebelum penempatan di Amerika sana. Disitu saya menaruh harapan yang besar karena dengan satu langkah lagi saya bisa pergi ke luar negri. Tiba saatnya seleksi, dan akhirnya saya berhasil melewatinya. Namun, setelah menunggu lebih dari 2bulan saya tidak lolos saudara-saudara. Namun saya mendapat kesempatan pergi ke tempat lain di indonesia untuk program serupa. Nyaris yang pertama.
Lanjut, setelah gagal AFS. Saya mulai rajin cari info ke luar negri lagi. Gurupun ada yang berbaik hati memberi informasi kepada saya karena tahu saya suka dengan hal-hal yang berbau seperti ini. Namun apadaya, semua program yang saya dapatkan dan ditawarkan kepada saya semuanya berbayar alias TIDAK GRATIS. Nyaris yang kedua, tanya kenapa?
Diakhir tahun 2011, Saya membuat sebuah harapan di jurnal saya yang kata para cendekiawan disebut sebagai "Resolusi tahun baru". Disitu saya menulis "I want to going abroad next year". Terkesan alay sih, tapi gapapa, memang kenyataannya seperti itu. Buku itu saya bawa terus sebagai jurnal harian saya mengenai berbagai macam informasi yang saya temui. Namun, saya tidak giat mencari informasi karena urusan sekolah yang sangat menyita waktu.
Hingga tiba bulan Juni. Waktu itu saya sedang berada di Wonosari, Gunung Kidul. Bersama kurang lebih 600 orang yang sedang mengikuti kemah bakti. Kebetulan saya menjadi salahsatu penanggungjawab acara tersebut, sehingga peran saya disana tidak hanya sebagai peserta tapi juga membuat dan menjaga kelancaran acara tersebut.
Suatu siang saya dipanggil untuk menghadap guru BK di penginapan guru. Ternyata, saya ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam seleksi pertukaran pelajar tingkat ASEAN. Seharusnya, tanpa basa-basi saya menerimanya. Namun, kondisi dan posisi saya waktu itu membuat saya berpikir lama. Ada rasa tidak enak meninggalkan teman-teman. Namun, saya pikir kesempatan ini tidak datang dua kali, toh setelah seleksi saya bisa kembali lagi ke tempat perkemahan. Perjuangan menuju tempat seleksi kami lalui selama 1 jam lebih karena lokasi kami dipucuk gunung. Berbekal pakaian seadanya kami mengikuti seleksi. Sebelum seleksi salah satu panitia bilang "Kalian harus senang, karena kalian tidak akan pergi dari Yogyakarta ini". It means, kesempatan abroad itu pupus lagi. Nyaris yang ketiga.
Dan pada akhirnya, saya terpilih mewakili sekolah pada khusunya dan Indonesia pada umumnya. Awalnya sempat malas karena persiapan yang begitu lama dan memotong waktu pelajaran karena posisi saya waktu itu sudah kelas 3. Lagipula saya tidak akan pergi kemana-mana selain di Yogya ini. Namun, setelah saya menyelesaikan rangkaian program. Saya tidak sengaja membuka jurnal harian saya dihalaman "resolusi tahun baru", saya terhenyak. Disitu saya tersadar dan bersyukur karena Allah memang memegang doa dari para hambanya yang berusaha sungguh-sungguh.
Karena pada hakikatnya kita hanya bisa berusaha dan menyandarkan semuanya kepada-Nya.
Akhirnya, resolusi "I want to going abroad next year" saya diwujudkan sebagian oleh Allah. Mungkin sekarang saya baru bisa bertemu dengan siswa-siswa ASEAN di
yogya ini, mungkin ada alasan kenapa saya lolos "AFS lokal" daripada AFS
yang asli. Mungkin ada alasan kenapa guru memberikan info seleksi
berbayar kepada saya. Ya, baru itu yang bisa saya lakukan sekarang.
Bersyukur, berdoa, dan terus berusaha. Tapi, siapa tahu besok saya bisa mewujudkannya?
Berhubung ini akhir tahun, saya tetap ingin mewujudkan mimpi saya keluar negri, lulus lolos UN/SNMPTN, dan satu lagi BEASISWA. Perjuangan kembali dimulai. Doakan saya ya :D
If you're not frightened with your dreams, trust me it is not big enough
brondongsarap
0 komentar