Pyrrenetia : Story Of Upgrading MPK
Januari 18, 2011Ribuan tahun sudah etnis Pyrrenetia hidup dalam damai. Benua yang mereka tinggali adalah padang rumpout yang luas, menghampar, sungai-sungai jernih yang mengalir menelisik ke setiap pojoknya. Membuat Pyrrenetia hijau di musim tanam dan menguning di musim panen. Tidak pernah sekalipun negeri ini punya masalah pangan, krisis air bersih, ataupun polusi yang mencekik. Kehidupan sosilanya pun sama indahnuya. Rukun, harmonis, dan nyaris utopis, tidak ada yang miskin atau yang kaya. Tidak ada majikian ataupun hamba, tidak ada bangsawan atau jelata, semua setara, saling menjaga. Bergntian tokoh-tokoh mereka memimpin Pyrrenetia secara kompeten., dengan satu tujuan yang sama: kemakmuran dan kedamaian bagi Pyrrenetia.
Namun semua anugrah itumembuat mereka terlena. Pelan, namun pasti, kehidupan di Pyrrenetia berubah. Tanah yang dahulunya digunakan hanya sekedar memenuhi kebutuhan mereka, mulai dieksploitasi untuk ditumpuk hsil kekayaannya. Sungai-sungai mereka terkorbankan untuk itu, sebagaian kering, sebagian tercemar. Zamrud itu, perlahan berubah menjadi arang. Tak ada lagi padang hijau yang subur, hanya ada hamparan tanah kering yang tak pernah diberi kesempatan beristrahat. Tak ad alagi hamparan safir di lautan mereka, hanya ada air hitam yang tak memberi kehidupan. Dalam keadaan krisis itu, merek saling menyalahkan.yang merusak tanah, menyalahkan yang merusak sungai. Yang merusak sungai, menyalahkan yang merusak laut. Yang merusak laut, menyalahkan yang merusak tanah. Perbedaan berubah menjadi cekcok, cekcok berkembang menjadi koflik, dan sebelum mereka sadari, telah ada konfrontasi nasioanaldi Pyrrenetia. Pyrrenetia terpecah. Toga faksi dengan keinginannya masing-masing terbentuk. Astrakhan, Brittia, dan Cylesia. Lama-kelamaan, bentrokan anar faksi makin kuat, karenanya, setiap orang harus merahasiakan identitasnya dari orag-orang faksi lain.
Teanggelam dalam gelombang konflik yang makin lama makin meninggi, Pyrrenetia semakin terabaikan. Setelah beberapa tahun, tempat itu sudah benar-benar tidak dapat ditinggali. Sungainya benar-benar kering, dan tanahnya benar-benar jenuh, jika ada yang dapat hidup, tentu hanya bakteri saja. Orang-orang mulai panik, mereka mencoba segala cara untuk mengambalikan Pyrrenetia, namun tanpa kerjasama nasional, usaha itu gagal. Pada akhirnya, semua orang tahu apa yang harus dilakukan: EKSODUS!
Dalma keadaan itu, mereka meminta bantuan dari semua negara tetangga, hanyasatu yang memberi tanggapan positid, Dewan Kekaisaran Valhalla, persatuan negara-negara utara, kekuatan politik paling besar di dunia saat ini. Valhalla bersedia memberikan satu pulau luas tak berpenghuni miliknya, Pulau Elysia. Valhalla memperbolehkan warga Pyrrenetia membangun koloni dan memanfaatkan puau Elysia. Namun hak itu diberikan dengan syarat-syarat, syarat utama adalah, karena Elysia bagian dari Valhalla, maka aturan-aturan dasar Valhalla harus di taati. Walu bgitu, warga Pyrrenetia diizinkan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Valhalla tidak menolak. ,maka dengan semnagt hidup baru, berangkatlah mereka.
Setelah menempuh perjalanan laut yang jauh., melewti gelombang setinggi karang, dan monster-monster laut yang mengancamm mereka sampai di Elysia. Merek datang dengan semangat membangun kehidupan baru. Namun Elysia bukanlah Zamrud terkeliling safir seoerti Pyrrenetia. Elysia adalah padang savana luas, dengan beberapa sungai mengalir di sekitarnya. Bukan memang tidak mungkin membangun kehidupan disana, namu tidak akan semudah di Pyrrenetia, dimana ketika ada biji yang tanpa sengaja terjatuh pun, busa langsung tumbuh dengan subur.
Terlepas dari semua itu, mereka melabuhkan sauh. Den mulai membangun koloni mereka masing-masing. Astrakhan membangun koloni mereka sendiri, begitu juga dengan Brittia dan Cylesia. Sarana-sarana penun jang dibangun, rumah-rumah didirikan, ladang-ladang mulai dipersiapkan, dan sumur-sumur digali. Setelah beberapa bualn, Elysia terlihat lebih layak ditinggali. Namun, di Elysia, konflik tidak hilang begitu saja. Setiap negara, masih terlibat konflik dengan negara lain, memperebutkjan wilayah, sumber daya, ataupun hegemoni. Walaupun damai, Elysia jatuh ke dalam kondisi perdamaian dingin, ketika ketiadaan konak senjata, diwarnai ketegangan dan ketidakpercayaan.
Untuk mengatur itu, 8 bulan setelah kedatangan mereka. Kanselir Dewan Kekaisaran Valhalla mendatangi Elysia. Dalam sebuah forum diplomasi multilateral mereka membicarakan aturanpaturan dasar yang harus mereka oatuhi agar ehidupan mereka di Elysia lebih aman dan terkendali.
Setelah traktar Elysia terbentuk, Astrakhan, Brittia, dan Cylesia memiliki beberapa kewajiban. Kewajiban pertama mereka adalah mempelajari nilai-nilai Valhalla. Nilai-niali Valhalla adalah nilai-nilai yag mendasari kehidupan di Valhalla, yang telah, selama ratusan tahun menjadi dasar terbentuknya kehidupan dan pemerintahan yang kuat di Valhalla. Untuk mempelajari nilai-nilai itu, tiga negaga Elysia tersebut diwajibkan mengikuti serangkainan program-program nasional yang telah dirancang dan dipersiapkan oleh Komite Etis Valhalla
Terlepas dari semua usaha yang c0ba dilakukan oleh Valhalla, konflik bersenjata tternyata tak bisa dihindari.berawal dari perebutan sebuah sumber air di segitiga emas di perbatasan tiga negara, konflik pecah. Valhalla sudah mencobamembangun komunikasi multilateral dengan dengan ia sebagi mediator, namun nampaknya gagal. Ketiga negara bersikukuh mereka yang benar. Perundingan putaran ketiga, dikagetkan dengan kabar bahwa di utara Astrakhan sudah melakukan persiapan perang. Brittia dan Cylesia menganggap tindakan Astrakhan ini adalah ancaman, mereka merasa Astrakhan ingin menikam dari belakang dengan melakukan perundigan sembari mempersiapkan diri untuk perang. Astrakhan menyatakan persiapan militer mereka dilakukan karena adanya mobilisasi pasukan Brittia di daerah sekitar perbatasan, dan Britti amanyatakan itu ikarena cylesia yag mengambil sumber daya miliknya tanpa ijin, semua pihak saling menyalahkan, dan akhirnya walk out dari ruang perundingan.
Valhalla, yang menyadari bahwa konflik bersenjata tidak dapat dihindari lagi, akhirnya melakukan tindakn yanng mereka bisa lakukan, pembatasan konflik. Valhalla memperbolehkan dilakukannya pernag, namun harus mengikutiaturan-aturan yang ditetapkan Valhalla. Aturan-aturan tersebut dibuat untuk menghindari kerusakan yang terlalu besra di Elysia. Dengn begitu, diharapkan perang tidak akan meimbulkan kerusakan yang terlalu besar. Maka, setelah semua usaha perundinag yang gagal, perang di Elysia, yang kemudian dikenal sebagai ”Perang Oase”, dimulai.
Setelah berakhirnya ”Konflik Oase”, Valhalla memandang perlunya dibangin sebuah monumen perdamaia yang nantinya akan menjadi pengingat bagi tiga negara bahwa pernag hanya akan merugikan, dan mereka memerlukan perdamaina untuk kehidupan yang lebih baik. Dengan dipim[pin oleh Valhalla, masing-masing negara diberi tugas untukmembangun satu bagian dari monumen perdamaian yang kemudian dikeal sebagai ”Istana Perdamaian”. Setelah mereka menciptakan masing-masing bagian, bagian-bagian itu disatukan dalam sebuah upacara kenegaraan yang didikuti ketiga negara Elysia dan perwakilan dari Valhalla.
Setelah menjalani kehidupan di Elysia. Warga Pyrrenetia menyadari kesalahan mereka selma ini. Perlahan-perlahan mereka mulai merindukan tanah kelahiran mereka yang telah mereka tinggalkan dengan tidak bertanggung jawab. Mak dengan tekad yang bulat dan persatun yang kuat, mereka memutuskan kembali ke Pyrrenetia, dan membangunnya pelan-pelan, hingga mampu menjadi seindah dulu. Valhalla yang sangat mendukung niatan mereka tersebut, memberikan bantuan sumber daya dan teknologi yang mereka miliki. Namun bantuan mereka hanya sebatas itu. Mulai dari titik ini apa yang terjadi di Pyrrenetia, bergantung pada diri mereka sendiri. Allah tidak akan megubah nasin suatu kaum, kecuali diri-diri yang ad adi kaum itu mengubah nasib mereka. Manusi dibangun oleh sejarah, namun sejarah tidak ada artinya, jika manusia tidak berusaha mengubahnya. Dan sejarah telah berakhir dan dimulai pada titik yang sama. Sebab sejarah esok hari, dimuali hari ini...
Namun semua anugrah itumembuat mereka terlena. Pelan, namun pasti, kehidupan di Pyrrenetia berubah. Tanah yang dahulunya digunakan hanya sekedar memenuhi kebutuhan mereka, mulai dieksploitasi untuk ditumpuk hsil kekayaannya. Sungai-sungai mereka terkorbankan untuk itu, sebagaian kering, sebagian tercemar. Zamrud itu, perlahan berubah menjadi arang. Tak ada lagi padang hijau yang subur, hanya ada hamparan tanah kering yang tak pernah diberi kesempatan beristrahat. Tak ad alagi hamparan safir di lautan mereka, hanya ada air hitam yang tak memberi kehidupan. Dalam keadaan krisis itu, merek saling menyalahkan.yang merusak tanah, menyalahkan yang merusak sungai. Yang merusak sungai, menyalahkan yang merusak laut. Yang merusak laut, menyalahkan yang merusak tanah. Perbedaan berubah menjadi cekcok, cekcok berkembang menjadi koflik, dan sebelum mereka sadari, telah ada konfrontasi nasioanaldi Pyrrenetia. Pyrrenetia terpecah. Toga faksi dengan keinginannya masing-masing terbentuk. Astrakhan, Brittia, dan Cylesia. Lama-kelamaan, bentrokan anar faksi makin kuat, karenanya, setiap orang harus merahasiakan identitasnya dari orag-orang faksi lain.
Teanggelam dalam gelombang konflik yang makin lama makin meninggi, Pyrrenetia semakin terabaikan. Setelah beberapa tahun, tempat itu sudah benar-benar tidak dapat ditinggali. Sungainya benar-benar kering, dan tanahnya benar-benar jenuh, jika ada yang dapat hidup, tentu hanya bakteri saja. Orang-orang mulai panik, mereka mencoba segala cara untuk mengambalikan Pyrrenetia, namun tanpa kerjasama nasional, usaha itu gagal. Pada akhirnya, semua orang tahu apa yang harus dilakukan: EKSODUS!
Dalma keadaan itu, mereka meminta bantuan dari semua negara tetangga, hanyasatu yang memberi tanggapan positid, Dewan Kekaisaran Valhalla, persatuan negara-negara utara, kekuatan politik paling besar di dunia saat ini. Valhalla bersedia memberikan satu pulau luas tak berpenghuni miliknya, Pulau Elysia. Valhalla memperbolehkan warga Pyrrenetia membangun koloni dan memanfaatkan puau Elysia. Namun hak itu diberikan dengan syarat-syarat, syarat utama adalah, karena Elysia bagian dari Valhalla, maka aturan-aturan dasar Valhalla harus di taati. Walu bgitu, warga Pyrrenetia diizinkan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Valhalla tidak menolak. ,maka dengan semnagt hidup baru, berangkatlah mereka.
Setelah menempuh perjalanan laut yang jauh., melewti gelombang setinggi karang, dan monster-monster laut yang mengancamm mereka sampai di Elysia. Merek datang dengan semangat membangun kehidupan baru. Namun Elysia bukanlah Zamrud terkeliling safir seoerti Pyrrenetia. Elysia adalah padang savana luas, dengan beberapa sungai mengalir di sekitarnya. Bukan memang tidak mungkin membangun kehidupan disana, namu tidak akan semudah di Pyrrenetia, dimana ketika ada biji yang tanpa sengaja terjatuh pun, busa langsung tumbuh dengan subur.
Terlepas dari semua itu, mereka melabuhkan sauh. Den mulai membangun koloni mereka masing-masing. Astrakhan membangun koloni mereka sendiri, begitu juga dengan Brittia dan Cylesia. Sarana-sarana penun jang dibangun, rumah-rumah didirikan, ladang-ladang mulai dipersiapkan, dan sumur-sumur digali. Setelah beberapa bualn, Elysia terlihat lebih layak ditinggali. Namun, di Elysia, konflik tidak hilang begitu saja. Setiap negara, masih terlibat konflik dengan negara lain, memperebutkjan wilayah, sumber daya, ataupun hegemoni. Walaupun damai, Elysia jatuh ke dalam kondisi perdamaian dingin, ketika ketiadaan konak senjata, diwarnai ketegangan dan ketidakpercayaan.
Untuk mengatur itu, 8 bulan setelah kedatangan mereka. Kanselir Dewan Kekaisaran Valhalla mendatangi Elysia. Dalam sebuah forum diplomasi multilateral mereka membicarakan aturanpaturan dasar yang harus mereka oatuhi agar ehidupan mereka di Elysia lebih aman dan terkendali.
Setelah traktar Elysia terbentuk, Astrakhan, Brittia, dan Cylesia memiliki beberapa kewajiban. Kewajiban pertama mereka adalah mempelajari nilai-nilai Valhalla. Nilai-niali Valhalla adalah nilai-nilai yag mendasari kehidupan di Valhalla, yang telah, selama ratusan tahun menjadi dasar terbentuknya kehidupan dan pemerintahan yang kuat di Valhalla. Untuk mempelajari nilai-nilai itu, tiga negaga Elysia tersebut diwajibkan mengikuti serangkainan program-program nasional yang telah dirancang dan dipersiapkan oleh Komite Etis Valhalla
Terlepas dari semua usaha yang c0ba dilakukan oleh Valhalla, konflik bersenjata tternyata tak bisa dihindari.berawal dari perebutan sebuah sumber air di segitiga emas di perbatasan tiga negara, konflik pecah. Valhalla sudah mencobamembangun komunikasi multilateral dengan dengan ia sebagi mediator, namun nampaknya gagal. Ketiga negara bersikukuh mereka yang benar. Perundingan putaran ketiga, dikagetkan dengan kabar bahwa di utara Astrakhan sudah melakukan persiapan perang. Brittia dan Cylesia menganggap tindakan Astrakhan ini adalah ancaman, mereka merasa Astrakhan ingin menikam dari belakang dengan melakukan perundigan sembari mempersiapkan diri untuk perang. Astrakhan menyatakan persiapan militer mereka dilakukan karena adanya mobilisasi pasukan Brittia di daerah sekitar perbatasan, dan Britti amanyatakan itu ikarena cylesia yag mengambil sumber daya miliknya tanpa ijin, semua pihak saling menyalahkan, dan akhirnya walk out dari ruang perundingan.
Valhalla, yang menyadari bahwa konflik bersenjata tidak dapat dihindari lagi, akhirnya melakukan tindakn yanng mereka bisa lakukan, pembatasan konflik. Valhalla memperbolehkan dilakukannya pernag, namun harus mengikutiaturan-aturan yang ditetapkan Valhalla. Aturan-aturan tersebut dibuat untuk menghindari kerusakan yang terlalu besra di Elysia. Dengn begitu, diharapkan perang tidak akan meimbulkan kerusakan yang terlalu besar. Maka, setelah semua usaha perundinag yang gagal, perang di Elysia, yang kemudian dikenal sebagai ”Perang Oase”, dimulai.
Setelah berakhirnya ”Konflik Oase”, Valhalla memandang perlunya dibangin sebuah monumen perdamaia yang nantinya akan menjadi pengingat bagi tiga negara bahwa pernag hanya akan merugikan, dan mereka memerlukan perdamaina untuk kehidupan yang lebih baik. Dengan dipim[pin oleh Valhalla, masing-masing negara diberi tugas untukmembangun satu bagian dari monumen perdamaian yang kemudian dikeal sebagai ”Istana Perdamaian”. Setelah mereka menciptakan masing-masing bagian, bagian-bagian itu disatukan dalam sebuah upacara kenegaraan yang didikuti ketiga negara Elysia dan perwakilan dari Valhalla.
Setelah menjalani kehidupan di Elysia. Warga Pyrrenetia menyadari kesalahan mereka selma ini. Perlahan-perlahan mereka mulai merindukan tanah kelahiran mereka yang telah mereka tinggalkan dengan tidak bertanggung jawab. Mak dengan tekad yang bulat dan persatun yang kuat, mereka memutuskan kembali ke Pyrrenetia, dan membangunnya pelan-pelan, hingga mampu menjadi seindah dulu. Valhalla yang sangat mendukung niatan mereka tersebut, memberikan bantuan sumber daya dan teknologi yang mereka miliki. Namun bantuan mereka hanya sebatas itu. Mulai dari titik ini apa yang terjadi di Pyrrenetia, bergantung pada diri mereka sendiri. Allah tidak akan megubah nasin suatu kaum, kecuali diri-diri yang ad adi kaum itu mengubah nasib mereka. Manusi dibangun oleh sejarah, namun sejarah tidak ada artinya, jika manusia tidak berusaha mengubahnya. Dan sejarah telah berakhir dan dimulai pada titik yang sama. Sebab sejarah esok hari, dimuali hari ini...
0 komentar