"Sesuatu"
September 13, 2011- Assalammualaykum..Teladan, tempatku bernaung saat ini memang memiliki ceritanya sendiri, entah mulai dari siswa baru, siswa setengah baru, maupun siswa lama, dan para alumni dsb. they had their own stories ;)tiba-tiba terlewat di benakku, sebuah pikiran yang mengusik, yang ku tak tahu datangnya, darimana.lalu dengan niat yang iseng, saya membuka facebook, membuka grup2 yg saya ikuti, dan membukanya kembali
menyapa memori yang pernah terketik di sebuah layar putih berdalih teknologidan, waaaww subhanallah !hanya dengan melihat tulisan2 itu rol film di otakku mulai berputar memainkan filmnyadan, ada yg membuat tertawa, terbahak, tersentuh, bahkan terisak.
Dibawah ini merupakan salinan dari salah satu grup tersebut yg isinya sedikit mengusik pemikiran saya tentang tempat dimana saya bernanung.
dan, berhasil membuat membuat saya...... tersentuh!
menurut saya ini "sesuatu". untuk itu sayang jikalau ia hilang tertelan waktu
bagaimana bisa?silahkan pahami dan resapi sendiri......... (nama sengaja di hilangkan)--------------------------------------------------------------------------------------------ga ada hijab yo mas?
01 Juli jam 9:02 ·
#tp sedih ngliatnya.. betapa TT tahun2 lalu..ttp meriah dg hijab, bahkan pengisi2 acaranya yg dari luar mengapresiasi itu.
TLD punya caranya sendiri.
seharusnya.
01 Juli jam 12:20 · · 2 orang
itu sebenernya yang bikin beda, ya tapi tak semua menerima, bahkan menentang, ingin sama kaya SMA-SMA lain... klo dah sama, gak da istimewanya lagi, harusnya potensi jadi trend setter malah jadi follower. . .
01 Juli jam 21:01 · · 1 orang
Apakah memang kata "Teladan" itu tinggal suara yang kita ucapkan ketika menyebut SMA 1 Jogja? Miris melihat acara TT yang ujung2nya, akhirnya pun tak laik hanyalah konser, dan saya, mungkin juga almamater pun akan kembali bertanya, apa yang sekarang bisa membuat SMA ku disebut "Teladan"? Manakah ke-unik-an SMA ku yang dulu membuatku rindu untuk menghirup udara dan merasakan sepoi aroma Teladan? Dan kini, SMA ku bak lambat laun menyamai SMA-SMA lain yang mencontoh SMA ku.....
04 Juli jam 21:52 · · 1 orang
Teladan yang dulu? Memangnya seperti apa? Apa ada yang berani mengklaim yang dulu itu lebih baik dari sekarang? Dulu kapan? Masing-masing pasti merasa masa dan generasinya yang terbaik. Lantas apa tolak ukur Teladan yang asli itu? Yang dulu? Dulu yang mana? Apa? Tiap hari kok cuma mengeluh bilang Teladan hari ini tidak seperti Teladan yang dulu.
04 Juli jam 21:59 ·
entahlah, aq pribadi tidak akan mengatakan angkatan tertentu merasa paling Teladan atau tidak...tiap masa punya hal2 tertentu yang menjadikannya unik, menjadikannya istimewa, hanya saja aq takut ketika pepatah itu benar, seekor katak berendam di air dalam panci yang dipanaskan dengan api kecil, dia merasa seolah tidak merasakan bahwa dia sedang mengalami sesuatu yang berbeda yang membahayakan dirinya, atau mungkin masing2 kita yang lebih suka mencari justifikasi akan sesuatu,
04 Juli jam 22:10 ·
ini jadi PR kita semua, setuju dengan mas yoga, tapi juga sejujurnya merasakan hal yang sama kaya mas uday...tapi kita udah cukup tau sebetulnya seperti itu juga yang dirasakan orang2, klo dibahas bisa panjang lebar tapi mengarah pada inti yang sama, kekecewaan, selanjutnya tergantung diri masing2, berhenti sampai pada kekecewaan, atau bertindak untuk memperbaiki....ya semoga keadaan teladan sekarang menjadi salah satu warna dalam siklus hidup SMA1. ada masanya naik dan turun (saya gak bilang mana yang naik mana yang turun), tinggal penyikapannya. semoga lebih baik (lagi) lah.dan semoga kita ambil peran dalam memperbaiki...minimal dengan senjatanya orang muslim, doa.
:)
04 Juli jam 23:54 ·
mungkin bahasa lebih tepatnya bukan kecewa , tapi merasa kehilangan tempat bermain yang pernah membesarkan pribadinya...wajar klo jadi semacam ada yang hilang, trus menginginkan kembali, wajar klo perasaan itu muncul, tapi penyikapan selanjutnya yang lebih penting, tapi sebelum itu mungkin penting juga melakukan dulu apa yang mas yoga katakan, berhenti membahas dan merasa kecewa. maaf kalo salah lisan, saya kira udah sama2 tahu sebaiknya seperti apa.
05 Juli jam 0:30 ·
hijab di acara TT saya rasa adalah sebuah pemaksaan pada pemeluk agama lain. kecuali Teladan sudah menjadi Sekolah Islam. resiko bersekolah di sekolah umum adalah tidak melanggar hak2 pemeluk agama lain. kalau mau dipikir dalam pemasangan hijab di TT itu malah naif. coba Ente pada mikir, apa di pasar jaman Rasulullah dulu dipasang hijab? atau yg jualan cowok semua? atau ada pasar khusus wanita?
yang kedua, menjadikan hijab di TT sebagai parameter adalah hal yang naif, bayangkan saja, acara dikasih hijab tapi yg tampil ada yg tidak berhijab (yang non muslim) , lagune ada yg mengumbar hawa nafsu, ini kan cuma jadi ironi, mending konsentrasi bagaimana membuat acara menjadi lebih edukatif, daripada ribut ngurusi hijab sebagai parameter.
05 Juli jam 5:13 · · 1 orang
saya ga ikut TT sih kemaren, jadi gak tau, tapi ikut nimbrung ya.
Banyak orang yang ga seperti anda-anda semua yang merasa beruntung dibesarkan di SMA kita dulu.. Banyak yang bertanya kenapa seperti ini sistem yang ada walaupun tidak dapat melakukan apa-apa, hanya bisa mengikuti. Permasalahannya adalah, yang biasanya mendukung sistem ini adalah kalian2 yang memegang peranan penting di SMA, dengan sistem kaderisasi yang ampuh, budaya tersebut terus berjalan tahun ke tahun. Tapi gimanapun balon yang ditekan akan melambung setelah dilepas, itu adlah ciri alumni yang berhasil lepas dari cengkraman sistem yang ada..
Saran saya, alumni jangan terlalu banyak ikut campur, bagaimanapun ini adalah perkembangan sma 1 yang pada suatu saat akan menemukan sistem yang terbaik. Biarin anak-anak sma 1 aktif yang sekarang berperan di pengambilan keputusan, harapan saya tanpa campur tangan guru atau cuma keputusan beberapa orang saja yang saya yakin banyak dari golongan yang sejenis. Setuju sama mas Yohang, kadang jangan mempertuhankan simbol atau atribut, lebih baik memperhatikan nilai apa yang terkandung,.
06 Juli jam 0:17 ·
0 komentar